Tuesday, December 23, 2008

Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008

Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008 Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Purwakarta 2008

Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008

Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Subang 2008

Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008

Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Cianjur 2008 ,

Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008

Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008 ,
Pengumuman Hasil Seleksi CPNS kab Bekasi 2008 ,

Kecerdasan Emosional Membawa Anak Menjadi Sukses

Sebagian orangtua mungkin ada yang merasa yakin bahwa hanya dengan IQ yang baik, anak akan memiliki peluang hidup sukses lebih besar. Pernyataan tersebut adalah tidak salah, namun kesuksesan seseorang itu bukan hanya diperoleh dari sisi kecerdasan intelektualnya saja. Seseorang dapat dikatakan sukses apabila ia memiliki kecerdasan intelektual dan juga kecerdasan emosional.

Salah satu sikap yang dapat digolongkan ke dalam kecerdasan emosional adalah kemampuan bersosialisasi dengan teman atau lingkungan disekitarnya.Kecerdasan emosional adalah penting dikenalkan dan diajarkan kepada anak sejak dini. Kemampuan anak dalam berempati dan peka terhadap orang lain akan menjadi suatu kebiasaan apabila hal tersebut dipupuk sejak ia masih kecil.

Semakin dewasa anak akan semakin peka dan mampu bersikap empati kepada orang lain.Dalam kegiatan sehari-hari, terutama bagi anak yang belum memasuki usia sekolah maka orangtua dapat mengajaknya jalan-jalan dan bermain ke suatu tempat di mana banyak anak-anak lain berkumpul dan bermain, misalnya di arena permainan. Kesempatan bersosialisasi tersebut sangat baik untuk mengasah kecerdasan emosional anak. Dengan demikian anak sedikit demi sedikit akan memahami nilai-nilai sosial dan moral yang ada di lingkungannya.

Di arena bermain anak akan belajar berbagi dan saling tolong. Ia akan semakin memahami bahwa permainan yang ada adalah milik bersama. Selain itu, anak pun akan belajar untuk membiasakan tertib mengantri atau menunggu giliran ketika hendak membeli tiket atau ingin memainkan suatu mainan yang sedang dipakai temannya.Anak yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan mampu bersikap empati dan peka terhadap orang lain. Dengan sikap empati dan peka terhadap orang lain tersebut diharapkan anak akan mampu bekerja sama dengan pihak lain yang kelak akan membawanya ke pintu sukses dalam berkarir.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat orangtua ajarkan kepada anak untuk mengasah kecerdasan emosionalnya tersebut. Beberapa di antaranya adalah mengajarkan anak untuk saling membantu dan berbagi rezeki dengan orang yang tidak mampu, mengajak anak untuk berkenalan dengan teman sebayanya, dan membiarkan mereka bermain bersama menjalin persahabatan dengan teman barunya tersebut (Novaria A. I. & Triton P.B., 2008).

Ada satu hal yang perlu diperhatikan orangtua ketika mengajarkan anak menjalin persahabatan dengan teman sebayanya yaitu mengajarkan kepada anak bagaimana mencari teman yang baik (akhlak baik). Dengan demikian, diharapkan kelak anak tidak akan salah mencari teman atau salah dalam bergaul.

Sumber : Yusi Elsiano Rosmansyah (www.PerkembanganAnak.com)

Metode Hukuman Yang Efektif

Menghadapi anak yang sering membuat ulah, susah diatur, dan banyak menyusahkan orangtua adalah menjengkelkan. Terkadang ketika menghadapi perilaku negatif anak seperti itu banyak orangtua yang merasa tidak sabar lagi ingin mencerca, membentak, dan bahkan ingin memukulnya. Namun, tindakan orangtua seperti itu tentu tidak akan efektif, malah boleh jadi sebaliknya anak akan semakin bertingkah dan membangkang.

Ada hal yang penting orangtua ingat kembali bahwa salah satu tujuan dari memberikan hukuman kepada anak adalah supaya anak bisa merenungi kesalahannya dan tidak mengulangi lagi kesalahannya tersebut.

Oleh karena itu, apabila orangtua langsung marah-marah, membentak, dan memukul anak ketika ia melakukan suatu kesalahan, maka tentu saja bagi anak tidak memiliki kesempatan untuk merenungkan kesalahannya tersebut. Anak bahkan mungkin tidak mengerti mengapa ia dipukul atau dibentak-bentak seperti itu.

Apabila tindakan orangtua tersebut sering dirasakan oleh anak, maka perasaan benci dan dendam anak kepada orangtua akan timbul dalam dirinya (yer).Kesimpulannya, metode hukuman akan leih efektif jika digunakan sekali-kali, tidak sering, dan hanya untuk perilaku yang sangat serius.

Bentuk hukuman apapun yang sering diterapkan dan diberikan karena hanya masalah kecil akan menimbulkan rasa marah dan dendam kepada orangtuanya. Lambat laun tindakan orangtua tersebut dapat menimbulkan ikatan antara anak dengan orangtua akan menjadi terputus (Jacob Azerrad, Ph.D., 2005).

Daripada memberikan cercaan, omelan, atau pukulan atas tindakan salah yang dilakukan oleh anak, lebih baik berikanlah hukuman lain seperti tidak boleh menikmati hiburan TV, meminta anak duduk di pojok ruangan, atau tidak memberikan perhatian kepadanya dengan mengatakan bahwa orangtua tidak suka pada perilakunya.

Menanam Kebiasaan Baik

Rumah adalah tempat pertama di mana anak memperoleh ilmu, sedangkan orangtua adalah guru pertama yang memberikan ilmu kepadanya. Di rumah anak dapat belajar tentang banyak hal yang mendasar. Ilmu yang ia peroleh di rumah merupakan fondasi bagi hidup anak di masa depan.

Oleh karena itu, orangtua harus selalu mengajarkan, menambahkan, dan memupuk hal-hal yang baik kepada anak sejak ia masih kecil supaya menjadi suatu kebiasaan yang baik sampai ia dewasa nanti.

Di rumah orang tua dapat mengajarkan anak tentang hal-hal yang bersifat formal dan informal. Orangtua dapat mengajarkan anak mulai dari hal-hal yang paling mendasar misalnya tentang bagaimana merawat diri, hidup teratur, disiplin, belajar berbagi, berempati hingga belajar berhitung dan membaca. Membentuk pribadi anak supaya sesuai dengan harapan orangtua adalah perlu dengan pengasuhan yang baik dan kesabaran. Suatu tempat yang paling baik untuk menciptakan generasi yang berbudi baik, disiplin, dan percaya diri adalah di rumah.

Bagaimanapun juga anak tidak mungkin dikurung terus di dalam rumah supaya ia tumbuh menjadi orang yang berbudi baik. Cepat atau lambat anak membutuhkan teman dan bersosialisasi. Untuk itu, supaya anak tetap dapat hidup normal bergaul dengan lingkungannya dan tetap memiliki pribadi yang baik maka orang tua perlu terus memberikan pengasuhan yang terbaik di dalam rumah.

Bimbingan, arahan, nasehat, dan kontrol yang sesuai dengan perkembangan anak akan mampu menjaga anak terhindar dari pribadi buruk (yer).Beberapa perilaku baik yang dapat ditanamkan orangtua kepada anak di rumah misalnya selalu berusaha untuk menciptakan suasana terjadwal pada anak. Suasana terjadwal tidak hanya membentuk kepribadian anak yang teratur tetapi juga mengajarkan kepada anak untuk dapat menghargai waktu.

Mengajarkan anak untuk terbiasa memberikan senyum kepada orang lain, senyum yang manis dari anak biasanya mampu mengetuk hati semua orang. Selain itu tanamkan kebiasaan baik kepada anak untuk selalu mengucapkan terima kasih apabila seseorang melakukan atau memberikan sesuatu yang baik kepadanya (Novaria A.I. & Triton P.B, 2008).
Sumber : Yusi Elsiano Rosmansyah (www.PerkembanganAnak.com)

RASA INGIN TAHU ANAK BESAR = ANAK CERDAS. BENARKAH?

”Anak yg selalu bertanya atau rasa ingintahunya besar adalah anak yg cerdas.”Benarkah pernyataan itu?Apakah memang demikian kenyataannya?…Ada satu hal lagi yg perlu menjadiperhatian kita dalam menilai apakah anak tersebutBENAR-BENAR mempunyai ciri-ciri anak cerdas.
ika anda sudah banyak membaca buku ataupunmenerima banyak informasi tentang perkembangananak, pasti anda pernah mendapatkan pernyataan berikut:
”Anak yg selalu bertanya atau rasa ingintahunya besar adalah anak yg cerdas.”
Benarkah pernyataan itu?Apakah memang demikian kenyataannya?
(Semoga anda tidak menjadi ragu dengan 2 pertanyaan di atas.)
Memang BENAR bahwa salah satu ciri anak cerdasadalah anak yg rasa ingin tahunya besar, selalubertanya tentang banyak hal.
TETAPI, ada satu hal lagi yg perlu menjadiperhatian kita dalam menilai apakah anak tersebutBENAR-BENAR mempunyai ciri-ciri anak cerdas.
Apa itu?
Setelah anak mengajukan pertanyaan, ada 1 tahapanlanjutan yg bisa dijadikan acuan apakah diabenar-benar ingin tahu, yaitu:
”APAKAH ANAK BENAR-BENAR MEMPERHATIKAN JAWABANNYA.”
Anak yg cerdas akan bertanya banyak hal karenamemang dia ingin tahu jawabannya. Biasanya, jikaanak tersebut bertanya, dia akan ‘mengejar’jawaban kita dengan pertanyaan lanjutan, sampaikita orangtua menjadi kewalahan dalam menjawabnya.
Inilah salah satu ciri-ciri anak cerdas yang sebenarnya!
Kadang-kadang kita melihat anak yang selalu bertanya, tetapi sebelum dijawab anak tersebut sudah bertanya lagi hal yang lain lagi secara terus menerus. Hal ini menunjukkan bahwa anak tersebut tidak benar-benar ingin tahu terhadap apa yang ditanyakannya.
Menghadapi anak seperti itu, kita perlu mengarahkan sedikit demi sedikit, sehingga anak menjadi bisa memfokuskan dirinya terhadap apa yang ingin diketahuinya.
Kemudian, sarana TERBAIK untuk memuaskankeingin-tahuan anak adalah dengan menyediakanbuku, dan mengajarkan anak MEMBACA sejak dini.
Aktivitas membaca mempunyai pengaruh terbesardalam kehidupan berpikir seorang anak, yang padaakhirnya akan berpengaruh juga terhadap tingkatkecerdasan anak.
Untuk menstimulasi hal tersebut, kita perlumemberikan kegiatan lanjutan setelah anak selesai membaca dalam suasana yang menyenangkan.Misalnya, kita bisa membuat quiz tentang isi dari bacaan tersebut, dlsb. Hal ini perlu untuk melatih anak belajar menguasai isi bacaan tersebut.
Pemahaman terhadap isi bacaan merupakan tahap lanjutan yang sangat penting untuk diajarkan setelah anak mulai lancar membaca.
Yang lebih penting lagi:
JANGAN memaksa anak untuk membaca!
Beri kebebasan kepada anak untuk memilih bukuyang ingin dibacanya.
INGAT, yang penting BUKAN APA yang dibaca olehanak, TETAPI BAGAIMANA anak membacanya. Tentu saja, selama buku-buku tersebut sesuai untuk anak-anak.
Jangan samapai, misalnya, kita memaksa anak membaca buku tentang binatang, padahal anak sedang ingin membaca buku tentang angkasa luar.
Adil Fathi Abdullah dalam bukunya mengatakan:
”Andai kita berhasil membuat anak gemar danmenikmati aktivitas membaca serta menjadikannyasebagai sarana untuk meningkatkan daya pikirnya,berarti kita telah memberikan kebaikan yangtidak ternilai dengan harta dunia.”
Anda setuju?
Saya sangat SANGAT sependapat dengan pernyataan diatas.

Sumber :Taufan Surana, Balita Cerdas dikutif dari 'psikologianakindonesia.wordpress.com'

Memukul Bukan Solusi Baik Meredam Kemarahan Anak

Kadang-kadang anak marah kepada orangtua karena sesuatu hal. Misalnya, orangtua lupa melaksanakan janji mereka kepada anak, anak memaksa untuk dibelikan sesuatu, atau orangtua yang terlalu bersikap membela adiknya daripada dia. Apabila orangtua menghadapi anak yang sedang marah shingga mengeluarkan kata-kata kasar dan lancang, janganlah orangtua langsung memukul atau menghinanya. Tindakan tersebut tidak akan meredakan kemarahannya. Bahkan sebaliknya, suasana akan semakin buruk, orangtua dan anak mungkin pada akhirnya akan sama-sama merasakan luka bathin.Pada umumnya, anak bersikap marah, mengeluarkan kata-kata kotor, atau bersikap tidak sopan boleh jadi karena ia belum tahu bagaimana mengendalikan emosinya dengan baik. Ia belum tahu cara lain untuk membalas sakit hatinya atau rasa tidak senang pada seseorang kecuali dengan mengatakan kata-kata kotor.Oleh karena itu, janganah orangtua langsung memukul apabila anak marah dan terpaksa harus mengeluarkan kata-kata kotor. Solusi yang baik adalah berikanlah pemahaman kepadanya bahwa apa yang dikatakannya tadi adalah tidak benar dan tidak sopan. Katakan kepadanya, orangtua memahami bahwa ia sedang emosi. Akan tetapi, tidak pantas ia mengucapkan kata-kata kotor kepada orangtua (Adil Fathi Abdullah, 2003).Kesimpulannya, ketika anak sedang marah dan mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan, maka hindarkan menghukum secara fisik (memukul) atau pun melukai bathin anak dengan menghina dan membentak. Lebih baik berikanlah pengertian kepadanya dengan saran atau nasehat. Selain itu, ajarkanlah kepadanya bahwa ada cara lain untuk menyelesaikan masalah yang sedang ia alami, misalnya dengan bicara yang baik kepada orangtua, atau mungkin menuliskannya dalam sebuah surat. Dengan demikian, sedikit demi sedikit dengan semakin bertambah usia anak, maka sikap anakpun akan berubah menjadi baik. Semakin ia diingatkan bahwa sikap kasar dan tidak sopan adalah sikap yang salah, maka iapun akan semakin menyadari bahwa perbuatan itu adalah tidak baik. Semakin dewasa, anak pun tidak akan melakukannya lagi.
Sumber : Yusi Elsiano Rosmansyah (www.PerkembanganAnak.com)

Sunday, December 21, 2008

Pengen Punya Anak Soleh

seorang anak soleh tidak hanya begitu saja dapat kita peroleh.tapi itu merupakan sebuah proses yang panjang.anak soleh di bentuk dari mulai bagaimana cara dan pola hidup seseorang dari ia belum menikah.menikah.hamil.melahirkan.beranjak remaja dan hingga mandiri dan jadi orang.

Menuruk pendapat saya ada beberapa tahapan:
1.pembetukan perilaku calon orang tua
2.bagaimana dia mendapatkan istri/suami
3.bagaimana ia menjalani proses itu dengan benar
4.bagaimana ia memberikan nafkah kepada keluarganya
5.bagaimana ia mendidiknya
6.bagaimana ia membentuk lingkungannya.

Tahapan pertama dulu:
1. pembetukan perilaku orang tua perilaku di sini tentunya adalh perilaku yang syar'i yang sesuai dengan ajaran nabi.perilaku kehati2an dalam melangkah dan berbuat.sekecil apapun tindakan kita harus terkontrol dengan baik.jangan sampai ada hal yang tidak halal masuk dalam kehidupan kita.kita dapat mengambil contoh para orang tua imam ghozali,imam syafi'i, dan orang tua dari imam2 besar lainnya yang sudah kita akui kebesaran dan keilmuan serta bagai mana pelaksanaan keislaman beliau dalam kehidupan sehari2. banyak riwayat yang dapat kita petik. bagai mana beliau para orang tua imam2 tersebut sampe2 makan buah yang ditemukan di sungai yang sedang mengalir saja minta halalnya dari pemiliknya. sampe hal sekecil ini saja beliau begitu berhati2 apalagi yang jelas tidak halalnya.

2. bagaimana dia mendapatkan istri/suamiproses mendapatkan istri dan suami ini juga harus diperhatikan jangan sampai setelah MBA(merried because Accident) baru nikah ini adalh proses yang tidak halal.sebuah awal yang sulit menurut syara' untuk bisa kelak akan lahir anak yang sholeh.proses mendapatkan istri tentunya harus jauh dari calon suami atau istri atas dasar keterpaksaan.ini harus merujuk pada ajaran nabi.yang bersabda nikahilah wanita itu karena empat perkara.kecantikannya,hartanya,keturunannya,dan agamanya.jika menikahi hanya karena kecantikan maka itu hanya akan menimbulkan fitnat,jika karena hartanya itu hanya akan membuat hina,jika karena keturannya maka itu akan merendahkanmu.tapi jika karena agamanya maka itu yang akan menenangkan dan mendamaikanmu sekalian.

3. bagaimana ia menjalani proses itu dengan benarmenjalani proses dengan benar maksudnya adalah ikutilah syarat rukunya dengan benar sehingga menurut hukum fiqih tidak ada cacatnya.jika secara fiqih dan benar insya alloh.alloh akan memberikan anak sholeh itu kepada kita.

4. bagaimana ia memberikan nafkah kepada keluarganya.tentunya jangan sampe memberikan makan-makanan yang tidak halal kepada keluarga kita.kenapa kita harus hati hati dengan makanan itu karena makanan itulah yang membentuk darah daging yang membalut dan mengaliri tubuh kita.karan tubuh kita dikendalikan oleh segumpal darah yaitu hati.jika pembentukan darah itu berasal dari makanan yang haram.maka hati kita akan cenderung berkeinginan melakukan perbuatan haram.keinginan yang ada dalam hati itu didukung oleh daging kita yang tebentuk dari makanan haram kita tersebut.maka setelah mendapat dukungan dari dua hal tersebut tentu tindakan haram yang disebabkan karena di hati akan segera dilakukan oleh daging yang membalut tulang2 kita.jadi berhati hatilah dengan makanan yang kita makan.instropeksi diri kita.jika di hati kita banyak berfikir akan bertindak haram maka coba telaah kembali kebelakang.ada ga makanan yang kita makan itu tidak benar.trus uang yang kita pakai untuk makan juga tidak benar.trus itu uang diperoleh dengan cara yang hak apa tidak.trus pekerjaan untuk mendapatkan uang itu benar apa tidak.panjang ya.....

5. bagaimana ia mendidiknyasetelah bisa memberiakan nafkah yang hala kepada keluarga kita.sekarang tinggal bagaimana kita mendidik anak kita.pendidik yang paling penting adalah keluarga.jadilah keluarga sekaligus guru yang mampu memberikan pendidikan dan contoh bagi anak2 kita.jadilah orang tua yang menjadi teladan bagi anak2nya.setelah pendidikan keluarga sukses.berikan pendidikan formal,baik berupa pengetahaun umum yang menyangkut kehiduan dunia ini.jangan sampe anak kita menjadi katak dalam tempurung.berikan kemerdekan untuk menuntut ilmu yang menjadi hobinya. tapi jangan lupa orang tua tetap mengarahkan untuk bidang apapun yang digeluti anak jadikan itu sebuah media dakwah untuk kedepan anakny tersebut.

6. bagaimana ia membentuk lingkungannya.setelah punya ilmu dan bekal kehidupan yang cukup.anak tetap harus diawasi supaya selalu dalam jalan yang benar.ajari anak untuk membentuk lingkungannya.menjadi warna bagi lingkungannya.bukan diwarnai dan dipengaruhi oleh lingkungan.jadikan ia orang yang tegar dan teguh pada prinsip hidupnya.jadikan alquran dan sunnah segai tolak ukur batas toleransi dengan lingkungan.buatlah lingkunganya menjadi lingkungan yang penuh rahmat.mungkin sementara itu dulu dari saya sedikit banyak kesalahan itu murni kelemahan dan kehilafan saya.kritik dan saran selalu terbuka bagi saya.

penulis : Fikri Riyadi

Anak Mandiri vs Anak Manja

Di sebuah shopping arcade di pusat kota Kyoto , saat sedang menikmati segelas cappucino sambil mengamati orang berbelanja, tiba-tiba saya dikejutkan suara keras tangisan anak kecil.

Rupanya ada gadis kecilberumur 4 tahunan tersandung dan jatuh. Lututnya berdarah. Kami heranketika melihat respons ibunya yang hanya berdiri sambil mengulurkan tangan ke arah gadis kecilnya tanpa ada kemauan untuk segera meraih anaknya. Cukup lama.

Beberapa menit adegan ini berlangsung. Si ibu tetap sabar dan keras hati untuk menunggu anaknya menyelesaikan sendiri rasa shock dan sakitnya. Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya si gadis kecil mulai berusaha berdiri lagi, dan dengan bantuan kecil tangan ibunya dia kembali berdiri. Masih sambil terisak-isak ia pun berjalan lagi.

Dalam benak saya waktu itu, kok tak punya hati ibu si gadis kecil ini?Tega membiarkan anaknya dalam kondisi kesakitan. Ingatan langsung terbangke Indonesia . Jika kejadian yang sama terjadi di kota Jakarta ataupun Yogyakarta, saya yakin si ibu pasti akan langsung meraih dan menggendong untuk menenangkan anaknya.

Dari adegan itu, bisa kita bayangkan perbedaan cara pengasuhan anak Jepang dan anak Indonesia. Dari pengamatan saya selama hampir setahun tinggal di Jepang, anak Jepang cenderung dibiasakan dari kecil untuk mengatasi berbagai kesulitan sendiri, sementara anak Indonesia selaludi sediakan asisten untuk mengatasi kesulitannya.

Babysitter atau pembanturumah tangga pun tidak ada dalam kebiasaan keluarga-keluarga di Jepang.Sebaliknya di Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta ,Bandung , Yogyakarta dan lain-lain kehadiran mereka wajib ada sebagaiasisten keluarga maupun sebagai asisten anak-anaknya.

Dalam sebuah studi perbandingan yang dilakukan oleh Heine, Takata dan Lehman pada tahun 2000 yang melibatkan responden dari mahasiswa Jepang dan mahasiswa Kanada dinyatakan bahwa mahasiswa Jepang lebih tidak pedulidengan inteligensi dibandingkan orang Kanada. Hal ini disebabkan orang Jepang lebih menghargai prestasi didasarkan pada usaha keras daripada berdasarkan kemampuan inteligensi. Artinya, bagi orang Jepang kemauan untuk menderita dan berusaha keras menjadi nilai yang lebih penting daripada kemampuan dasar manusia seperti inteligensi.

Dalam keseharian dengan mudah kita dapat menyaksikan mereka selaluberjalan dalam ketergesaan karena takut kehilangan banyak waktu, disiplindan selalu bekerja keras. Suasana kompetitif dan kemauan untuk menjadi yang lebih baik (yang terbaik) sangat menonjol.

Studi ini juga menemukan bahwa orang Jepang memiliki budaya kritik diri yang tinggi, mereka selalumencari apa yang masih kurang di dalam dirinya. Untuk kemudian merekaakan segera memperbaiki diri.

Lain lagi Indonesia , yang saat ini terjebak dalam kesalahan umum di manahasil akhir menjadi segala-galanya. Hasil akhir lebih dihargaidibandingkan usaha keras. Tengok saja kompetisi yang terjadi dari anak usia sekolah tingkat SD hingga perguruan tinggi untuk mendapatkan nilai kelulusan yang tinggi. Guru, orang tua maupun masyarakat umum selalu menekan anak untuk mendapatkan nilai kelulusan yang tinggi sehingga mereka pun menghalalkan segala cara.

Kita baca di koran polisi menangkap para guru karena berlaku curang dalam ujian nasional, sementara di tempat lain orang tua membeli soal ujian, siswa menyontek dan lain sebagainya.

Pola pengasuhan ini, pada gilirannya pasti berperan besar dalampembentukan karakter anak dalam perkembangan berikutnya. Oleh karenanya,memberi kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk mengembangkan semuapotensinya adalah satu prinsip dasar dari satu pola pengasuhan yangsangat baik bagi pembentukan karakter anak.

Orang tua, asisten, atau punorang yang lebih dewasa jangan mengambil alih tanggung jawab anak.Sebagai contoh, beri kesempatan pada anak untuk belajar makan secara benar dengan tangannya sendiri sejak dia mampu memegang sendok. Jangan diambil alih hanya karena alasan akan membuat kotor. Atau beri kesempatanpada anak untuk menghadapi dunia sekolah pertama kali tanpa banyak intervensi dari pengasuh maupun orang tua.

Memberi rasa aman pada anak memang penting jika diberikan pada saat yang tepat. Tetapi menunggui anak selama dia belajar di sekolah adalah pemberian rasa aman yang tidakperlu. Momen ini adalah momen penting bagi anak untuk belajar menghadapidunia di luar rumah tanpa bantuan langsung orang-orang di sekitarnya.Pengalaman anak merasa mampu menghadapi persoalan dengan kemampuannyasendiri akan menumbuhkan kepercayaan diri.

Oleh karena itu, orang tuasebaiknya membatasi diri hanya menjadi partner diskusi yang membantuanak menemukan berbagai kemungkinan solusi. Orang tua kadang harus berteguh hati membiarkan anak mengalami rasa sakit, menderita, dan rasatertekan dalam isi dan porsi yang tepat, karena hal itu akan sangat baik untuk perkembangan mental anak.

Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang siap menghadapi tantangan hidup dantidak mudah menyerah. Hargai anak bukan dari hasil akhirnya melainkandari proses perjuangannya. Anak perlu diberi pembelajaran (dan juga orangtua perlu belajar) untuk bisa menikmati dan menghargai proses, meskipunproses seringkali tidak nyaman.

Dr. Christina Siwi Handayani, Staf Pengajar Fakultas Psikologi,Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Mengajarkan Anak Mandiri

Bagaimana cara mengajarkan anak mandiri dengan atran dalam keluarga dan masyarakat?

Pertama,ada proses pengajaran secara bertahap sesuai dengan usianya. Tahapan mengajarkan mana yang boleh danmana yang tidak seharusnya sudah dilakukan saat anak berusia dibawah 5 tahun. Di usia 5 tahun anak sudah tahu bahwa ia tidak boleh berbohong, mengambil mainan orang lain, misalnya. Di usia 9 tahun, anak sudah tidak lagi disosialisasikan ini boleh atau tidak sebagaimana balita. Namun proses mengingatkan tetap terus berlangsung.

Kedua, teladan. Anak melihat sikap teladan orang tua. Berikanlah kalimat-kalimat yang baik. Di usia 0-5 tahun anak akan menyimpan jejak memori yang dilihat dari lingkungan terdekat. Orang tua agar selalu berhati-hati dengan modelling yang didapat anak dari media, seperti adegan TV yang memberikan contoh buruk.

Selain itu, ada dua kesaahan orang tua modern saat ini yang menjadi penyebab adanya kesalahan pada pola asuh. Pertama, banyak orang tua yang tidak pernah mentrenasfer nilai-nilai agama kepada anaknya melalui teladan tingkah laku maupun kata-kata.

Kesalahan ini terjadi karena pengetahuan agama yang minim. kedua, orang tua tidak pernah bercerita dan bermain, serta bernyanyi dengan anak. Padahal, kegiatan ini sangat baik untuk mendekatkan diri dengan anak-anak dan anak juga merasa nyaman bersama orang tuanya. Melaui kegiatan bersama itu orang tua bisa mentranfer nilai-nilai dan aturan dengan cara yang menyenangkan. Karena kesalahan ini, banyakj anak yang tidak bisa berkonsentrasi, tidak disiplin, tidak mandiri, dan acap berkata kasar.

Penulis : Vinadanvani

Mendidik Sesuai Kecerdasan Anak

Sesungguhnya setiap anak dilahirkan cerdas. Inilah paradigma baru pendidikan yang sedang berkembang di dunia.

Kenyataan ini memang berlawanan dengan persepsi yang diyakini selama ini bahwa anak cerdas berjumlah terbatas, seakan-akan mereka menempati strata tertentu. Adanya penemuan terbaru ini memang diharapkan akan mengubah pendekatan pendidikan yang selama ini terlanjur mapan.

Menurut Dr Thomas Amstrong, pakar pendidikan dari Amerika setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Sifat yang menjadi bawaan itu antara lain : keingintahuan, daya eksplorasi terhadap lingkungan, spontanitas, vitalitas, dan fleksibilitas. Dipandang dari sudut ini maka tugas setiap orang tua dan guru hanyalah mempertahankan sifat-sifat yang mendasari kecerdasan ini agar bertahan sampai anak-anak itu tumbuh dewasa.

Mengapa demikian? Karena ternyata diketahui kualitas kecerdasan ini bisa rusak karena adanya sebab tertentu.Ironisnya pengaruh kuat yang merusak potensi kecerdasan itu ternyata datang dari lingkungan terdekat mereka : rumah dan sekolah!Situasi rumah yang menimbulkan depresi dan keterasingan berperan memupus bakat alamiah ini.

Tekanan juga bisa datang dari orang tua yang karena sebab tertentu malah menghambat kreatifitas, keingintahuan, kegembiraan dalam bermain anak-anak. Ambisi orang tua agar anak-anak mereka meraih prestasi tertentu mendorong anak-anak ini untuk tumbuh terlampau cepat melampaui usia mental mereka dan pada saat bersamaan menghilangkan kegembiraan masa kecil mereka. Padahal para ahli mengingatkan bahwa anak belajar dari permainan mereka.

Bagi anak-anak bermain bukan aktifitas remeh melainkan aktifitas yang serius terutama bagi perkembangan mereka. Sayangnya yang terlihat di masyarakat kita justru kenyataan sebaliknya. Di usia sangat dini mereka harus kehilangan kegembiraan masa kecil mereka. Anak-anak kerap menanggung beban keinginan orang tua mereka sendiri dengan terpaksa mengikuti berbagai macam kursus: mulai kursus bahasa asing, sempoa, piano dan sebagainya.

Sebenarnya mengikuti berbagai kursus itu tidak menjadi masalah asal keinginan itu datang dan atas kemauan anak itu sendiri. Prinsipnya anak-anak itu tidak kehilangan kegembiraan dalam menjalaninya dan tidak kehilangan masa bermain mereka.

Sementara itu di sekolah, perusakan potensi kecerdasan alami itu terjadi lewat kurikulum yang terlampau kaku, tidak fleksibel atau malah membebani. Situasi sekolah yang tidak menyenangkan, guru yang mengajar dengan cara yang membosankan juga ikut andil menyumbang terkuburnya potensi alami tersebut.

Bertolak dari kenyataan itulah perlu dikembangkan pendekatan pendidikan yang menjadi alternatif bagi sekolah pada umumnya. Sekolah alternatif ini haruslah dirancang atas pendekatan bahwa setiap anak itu mempunyai kecerdasannya sendiri. Lingkungan sekolah dirancang agar anak-anak tumbuh dengan kreatifitas mereka sendiri, tidak kehilangan kegembiraan masa kecil mereka, dan membuka ruang yang lebar untuk mengeksplorasi lingkungannya.

Kecerdasan alami anak dirangsang lewat kegiatan sederhana seperti bercerita, permainan, kunjungan ke tempat tertentu, dan mengajukan pertanyaan kritis. Sekolah tersebut haruslah juga menghilangkan sistem ranking. Juga tidak ada tes psikologi untuk mengukur kecerdasan seorang anak. Tes psikologi untuk mengukur IQ yang kita kenal sekarang ini jauh dari memadai untuk mengukur kemampuan otak manusia.

Sistem rangking malah menciptakan pelabelan di sekolah. Ada anak pintar dan ada anak bodoh. Pendekatan pendidikan terbaru dikembangkan atas keyakinan bahwa setiap anak mempunyai kecerdasannya sendiri dengan cara yang benar-benar berbeda dengan anak lain.

Karena itu dalam sistem ini upaya membanding-bandingkan antara anak satu dengan anak lainnya dihindari. Sebagai konsekuensinya kegiatan belajar mengajar menggunakan pendekatan Multiple Intelligences yang dikembangkan oleh pakar neurosains Dr Howard Gardner.

Menurut teori ini manusia mempunyai delapan macam kecerdasan sementara sistem pendidikan pada umumnya hanya mengembangkan dua kecerdasan. Kecerdasan itu adalah: kecerdasan linguistik, matematis-logis, viso-spasial, musik, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Anak didik dipetakan menurut kedelapan kecerdasan ini dan mendidik mereka dengan cara berbeda sesuai dengan tipe kecerdasan yang dimiliki masing-masing anak.

Karena itu metode pengajaran yang diterapkan bisa sangat khas. Dalam mengajarkan matematika misalnya, maka cara mengajar untuk anak dengan tipe kecerdasan linguistik berbeda dengan anak bertipe kecerdasan matematis-logis dan berbeda pula untuk anak dengan tipe kecerdasan viso-spasial.

Pada umumnya para pengajar akan berkeberatan jika murid-murid mereka bergerak selama pelajaran berlangsung, di sisi lain anak dengan tipe kecerdasan kinestetik yang selalu bergerak akan tersiksa jika mereka harus duduk diam selama pelajaran berlangsung, padahal anak dengan tipe ini akan sangat cepat menyerap pelajaran justru dengan membiarkannya bergerak. Pola inilah yang dikenal dengan mendidik sesuai kecerdasan anak.

Para pendidik di sekolah seperti ini mempunyai keyakinan bahwa tiap anak mempunyai kecepatan dan waktu tersendiri dalam mempelajari atau menguasai sesuatu. Jadi tidak perlu memaksa anak yang belum bisa membaca untuk bisa membaca misalnya. Sebab jika tiba saatnya anak ini akan mampu membaca dengan sendirinya bahkan kemampuannya bisa melampaui anak yang mampu membaca di usia yang lebih dini.

Sangat penting untuk disadari adalah menciptakan kondisi yang mampu membuka gerbang kecintaan anak-anak akan pembelajaran. Dengan cara itu diharapkan kita akan mewariskan generasi pembelajar yang mampu untuk belajar dan mengembangkan diri mereka sendiri sepanjang hidup mereka.

Dan hal itu bisa dicapai dengan cara menghindarkan setiap kondisi yang membuat mereka justru berhenti atau bahkan membenci proses pembelajaran itu sendiri.

Ditulis oleh Yudi Arianto

Rahasia Otak Anak Cerdas

Anak yang cerdas tidak membutuhkan otak lebih besar dari kawan-kawannya. Tapi, bagian otaknya yang mengatur cara berpikirnya lebih berkembang saat beranjak dewasa.Saat anak-anak tumbuh, lapisan terluar otak yang disebut cortex menebal dan menipis seiring bertambahnya neuron-neuron yang terbentuk. Yang tidak diperlukan akan mati agar otaknya efisien.

Lapisan cortex pada anak-anak yang memiliki IQ tinggi lebih cepat menebal dan lebih tahan lama dibandingkan anak-anak lain dengan kecerdasan rata-rata. Hasil penelitian dengan teknik pemindaian otak ini dilaporkan dalam jurnal Nature edisi 30 Maret.Dalam penelitian tersebut, para peneliti mengamati otak dari 307 anak menggunakan magnetic resonance imaging (MRI).

Pengamatan dilakukan di beberapa area otak sepanjang masa perkembangan anak-anak antara usia 6 hingga 20 tahun. Hampir semuanya diamati dua kali dengan selang waktu sekitar dua tahun.Pengukuran tingkat kecerdasannya dilakukan dengan tes IQ Wechsler melalui materi ujian pengetahuan verbal dan non-verbal serta pola pikir.

Mereka dipilah-pilah berdasarkan nilai yang diperoleh dalam kelompok superior (dengan nilai 121 hingga 145), tinggi (109 hingga 120), dan rata-rata (83 hingga 108).Hasil pemindaian menujukkan, lapisan cortex pada anak yang paling cerdas pada usia 7 tahun, misalnya, tidak kunjung menipis hingga usia 12 tahun. Padahal, menipisnya cortex pada anak-anak dengan IQ rata-rata umumnya mencapai puncaknya pada usia 8 tahun dan akan terus terjadi sedikit demi sedikit sesudahnya.

Lapisan cortex pada anak-anak yang cerdas juga menipis dengan cepat pada usia remaja. Menurut para peneliti, kecenderungan ini menggambarkan perkembangan rangkaian otak dalam jangka panjang. al tersebut mungkin terjadi untuk mengesampingkan koneksi informasi yang tidak dibutuhkan otak agar efisien," kata pimpinan penelitiannya Philip Shaw dari National Institute of Mental Health (NIMH).

Orang yang cerdas cenderung memiliki cortex yang cerdas juga," kata Shaw. "Bagian otak yang paling berbeda perubahannya adalah pengatur cara berpikir kompleks," kata Shaw menambahkan.Perubahan yang berbeda banyak terlihat di daerah prefrontal cortex. Area ini berfungsi mengatur cara berpikir dan fungsi kognitif tingkat tinggi lainnya.

Sumber: LiveScience.com
Penulis: Wah

Kiat Membentuk Anak Cerdas

Sebuah berita ringan mancanegara di salah satu televisi swasta nasional beberapa waktu lalu sungguh sangat mengagumkan.

Berita tersebut mengisahkan seorang anak kecil berusia 7 tahun, Alex Mortgail, asal Bremen, Jerman, memiliki IQ yang sangat cemerlang. Dalam usia 2,8 tahun, dia sudah lancar membaca dan menulis.


Setiap harinya tak terlewatkan membaca berbagai karya sastra untuk anak, juga "melahap" habis sejumlah jurnal ilmiah, berbagai berita koran maupun berita melalui teknologi informasi. Pendek kata ia tidak pernah melewatkan berbagai informasi yang ia peroleh dari berbagai sumber.

Orang tua Mortgail sempat merasa khawatir dengan kecerdasan otak anaknya itu. Kecerdasannya telah menyebabkan perilakunya "menyimpang" karena menjadi sangat berbeda dengan anak-anak lain sebayanya. Mortgail hampir setiap harinya hanya mengisi waktunya dengan membaca, menulis, dan "bergaul" dengan teknologi informasi.


Ketika memasuki usia 5 tahun, Mortgail sudah bisa menguasai tiga bahasa dunia, Inggris, Spanyol, Prancis, dan tentu saja bahasa Jerman. Di sekolahnya, berbagai bentuk soal hitungan matematika, fisika, dan kimia dapat dijawabnya dalam waktu singkat.

Melihat kecerdasan yang luar biasa pada diri Mortgail, kepala sekolahnya merekomendasikan murid istimewa itu untuk langsung belajar di perguruan tinggi tanpa mengikuti sekolah tingkat menengah. Setelah di universitas, dengan melihat keistimewaan Mortgail, rektor universitas tempat Mortgail kuliah segera mendaftarkan anak itu ke lembaga pemerintah yang secara khusus menangani anak berbakat.

Berkat keistimewaan yang dimilikinya, Mortgail dinyatakan sebagai "anak negara". Beberapa tahun kemudian, ketika ia berusia 10 tahun, si anak ajaib itu, muncul di jaringan televisi Jerman untuk melakukan debat ilmiah dengan sejumlah profesor. Itulah kisah Mortgail si bocah ajaib, luar biasa.

Kiat Membentuk
Anak sehat, cerdas dan berkepribadian baik merupakan dambaan setiap orangtua. Salah satu langkah awal penting untuk mewujudkannya adalah pemberian makanan pertama dengan kualitas dan kuantitas optimal. Soalnya gangguan gizi pada masa bayi dapat menghambat pertumbuhan otak, yang tentu berpengaruh pada perkembangan kecerdasan bayi.

Fakta-fakta ilmiah membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas bila diberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan pertama kehidupannya. ASI eksklusif, lebih tepat disebut pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya memberi ASI pada bayi. Hendaknya, pada sesuia itu bayi tak mendapat cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih. Juga tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi atau pun tim.

Faktor lingkungan Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan. Pertama, faktor genetik atau bawaan dari orangtua. Lainnya, faktor lingkungan. Faktor ini akan menunjang apakah faktor genetik bisa berkembang optimal. Perlu diingat, faktor genetik tidak dapat direkayasa, sementara faktor lingkungan punya banyak sisi yang dapat dimanipulasi.

Secara garis besar ada tiga jenis faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan. Di antaranya pertumbuhan fisik biomedis otak. Untuk ini, nutrisi berperan sangat penting. Makanan dengan kualitas kadar gizi dan kuantitas yang optimal akan mendukung pertumbuhan otak yang optimal pula.

Selanjutnya, pertumbuhan emosi dan sosial yang mengutamakan pemberian kasih sayang pada anak. Anak yang merasa disayangi akan mudah menyayangi lingkungan. Dan, dia pun mudah bersosialisasi serta menjalin hubungan yang memuaskan.

Kebutuhan lain adalah stimulasi atau rangsangan sejak dini, bahkan sejak janin dalam kandungan. Para ahli membuktikan, dengan pemberian stimulasi terus-menerus sampai dua tahun, IQ anak pada usia 4 - 5 tahun dapat ditingkatkan 15 - 30 poin.

Pertumbuhan otak
Bila mendengar kata cerdas selalu diasosiasikan dengan otak. Otak, salah satu organ paling penting dalam tubuh manusia yang tumbuh sangat cepat selama kehamilan. Otak bayi terbentuk segera setelah pembuahan. Otak bayi lahir telah mencapai pertumbuhan 25 persen dari otak dewasa dan mengandung 100 miliar sel otak (neuron). Kira-kira sama banyaknya dengan bintang di gugus Bima Sakti.

Di usia setahun, pertumbuhannya mencapai 70 perse dari otak dewasa. Selain itu, 70 - 85 persen neuron yang ada sudah terbentuk secara lengkap. Di usia tiga tahun, otak anak telah sebesar 90 persen otak dewasa.

Pada periode sejak terjadi konsepsi sampai bayi berusia setahun terjadi pertumbuhan otak yang cepat yang dinamai periode lompatan pertumbuhan otak atau periode pertumbuhan otak cepat (Brain Growth Spurt). Pada periode ini neuron sangat peka dan sangat dipengaruhi oleh situasi lingkungan. Maka periode ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kecerdasan anak.

Pertumbuhan otak terbagi atas dua stadium. Stadium pertama adalah stadium pembentukan neuron, sedangkan stadium kedua adalah stadium pembesaran dan pematangan neuron. Para pakar membuktikan, segera setelah terjadi pembuahan, mekanisme pembentukan neuron bekerja sangat cepat untuk menghasilkan neuron berjumlah ratusan miliar. Pembentukan ini hanya berlangsung sampai usia kehamilan lima bulan, setelah itu neuron tak terbentuk lagi. Bila gizi ibu hamil baik, di akhir stadium pertama akan terbentuk neuron muda yang sangat banyak.

Setelah itu, pertumbuhan otak hanya mencakup pembesaran neuron yang sudah terbentuk agar lebih lengkap dan kompleks. Cabang-cabang neuron, dendrit dan axon, akan bertambah jumlah dan panjangnya. Selain itu, terjadi penambahan hubungan antarsel. Di fase ini dengan sangat cepat pula terjadi proses myelinisasi, atau proses pembalutan neuron oleh myelin agar tidak terjadi arus pendek. Gizi bayi yang baik dapat mempercepat pembentukan myelinisasi, apalagi bila disertai rangsangan. Makin banyak rangsangan yang didapat, akan makin banyak pula cabang neuron yang terbentuk. Maka, komunikasi antar sel-sel otak juga akan baik. Rangsangan pada panca indra janin sangat baik untuk menjaga agar otak tetap dapat tumbuh.


By : Eko